Apa makna Mei bagi Anda? Tentu saja beragam! Namun, bagi Starbucks, Mei adalah bulan berbagi. Sebab, di bulan ini, Starbucks merayakan Global Month of Service (GMOS), sebuah inisiatif Starbucks yang memberikan manfaat terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar.
Di Indonesia, perayaan tersebut mengejewantah dalam sebuah aktivitas mengajar yang dilakukan para pegawai Starbucks kepada anak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang akan segera lulus dan menempuh dunia kerja.
Roger van Tongeren, Vice President Marketing & Operations Starbucks Indonesia mengatakan, kali ini pihaknya memberikan pemahaman komprehensif mengenai dunia kerja kepada anak SMK, dari mulai mempersiapkan keterampilan, CV, hingga proses melamar pekerjaan.
“Kita tahu bahwa angka pengangguran di Indonesia cukup tinggi, menyentuh 7,56 juta jiwa. Sekitar 50%-nya adalah lulusan SMA dan SMK. Kami harap kami dapat membantu mereka agar bisa direkrut lebih cepat,” ungkap Roger di SMKN 38 Jakarta beberapa waktu lalu.
Karena alasan itulah, tahun ini, Starbucks Indonesia dan juga seluruh dunia memfokuskan area CSR-nya ke arah pemberdayaan anak muda (youth), setelah selama bertahun-tahun bermain di ranah lingkungan hijau.
Kendati demikian, sambung Roger, pengelolaan lingkungan masih menjadi bagian dari Starbucks Global Sustainability Goals yang dianut oleh seluruh gerai Starbucks di dunia.
“Mengapa youth? Sebab, anak muda adalah masa depan suatu bangsa. Hari ini, kami memberikan bekal mereka pengetahuan yang mungkin tidak banyak anak muda mendapatkannya sekolah,” katanya.
Global Month of Service (GMOS) sendiri berlangsung serentak di empat kota, dan akan diperpanjang hingga ke banyak kota lainnya di Indonesia.
Roger juga menyebut, pihaknya telah mengembangkan community store di kawasan Bandung, tepatnya di Jalan Dipati Ukur. Gerai tersebut didedikasikan khusus untuk membantu dan mengembangkan potensi komunitas di sekitar lokasi gerai tersebut.
“Gerai ini berbeda dengan gerai lainnya. Didedikasikan khusus untuk mengadakan workshop, presentasi, serta pelatihan edukatif terhadap komunitas sekitar, khususunya anak muda,” tutur Roger.
Editor: Sigit Kurniawan