Meramu Industri Obat Tradisional Bergaya Modern

marketeers article
Traditional Indonesian or Thailand spices used in spa massage treatment.

Obat tradisional merupakan warisan leluhur bangsa yang tak ternilai harganya. Sektor ini bisa menjadi sektor unggulan dalam memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Pasalnya, terdapat 1.247 industri jamu yang terdiri dari 129 industri obat tradisional (IOT) dan selebihnya termasuk golongan Usaha Menengah Obat Tradisional (UMOT) dan Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT).

Industri obat tradisional menurut catatan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah menyerap tenaga kerja sebanyak 15 juta orang, di mana tiga juta orang di antaranya terserap di industri jamu yang berfungsi sebagai obat dan 12 juta lainnya terserap di industri jamu yang telah berkembang ke arah makanan, minuman, kosmetika, spa, dan aromaterapi.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menanggapi hal ini menandakan para pemain harus mulai meningkatkan investasi maupun ekspansi bisnis obat tradisional mereka. Tentunya, dengan cara yang lebih modern. “Produknya tradisional, tetapi prosesnya sudah modern,” jelas Airlangga di Semarang, Kamis (25/10/2018).

Pasalnya, salah satu andalan di industri 4.0 adalah sektor farmasi, kimia dan biokimia. Kelompok industri tersebut masuk dalam klaster wellness, yang sekarang jadi andalan beberapa negara besar seperti Jepang dan Korea, yang juga meliputi industri herbal, jamu dan kosmetika.

Di Indonesia, industri kosmetika merupakan sektor manufaktur yang mengalami pertumbuhan pesat lantaran di dukung pasar domestik yang besar. “Industri kosmetika di dalam negeri, tumbuhnya double digit,” ujar Airlangga.

Mengemas obat tradisional bergaya modern menjadi penting. Dengan memanfaatkan teknologi digital guna membangun pabrik manufaktur yang modern seiring dengan bergulirnya era revolusi industri 4.0, efisiensi dan produktivitas pun akan terjaga. Produk yang dihasilkan akan lebih berkualitas serta kompetitif di pasar dalam dan luar negeri.

Hal ini nampak dipahami PT Sido Muncul. Mereka baru saja menginvestasikan Rp 900 miliar untuk mengembangkan industri obat tradisional di Indonesia. Tenaga kerja yang diserap berkisar 4.000 pekerja.

“Tujuan perluasan pabrik adalah untuk mengikuti permintaan pasar yang terus meningkat, sehingga membutuhkan ruang produksi yang lebih besar. Selain itu, juga meminimalkan kesalahan pada proses pembuatan produk jamu Sido Muncul. Pasalnya, teknologi yang digunakan lebih modern dan bahan-bahan yang akan dicampur sudah diatur dalam program, sehingga zero accident,” tutur Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat.

Guna memacu pertumbuhan industri manufaktur dan agar lebih berdaya saing global, pemerintah telah menyiapkan berbagai insentif fiskal yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku industri di Tanah Air. Fasilitas perpajakan itu antara lain tax holiday dan tax allowance.

“Dalam waktu dekat, akan dikeluarkan insentif super tax deduction untuk perusahaan yang melakukankegiatan vokasi dalam rangka meningkatkan kompetensi SDM dan untuk industri yang melaksanakankegiatan RD&D (research, development, and design),” papar Airlangga.

Program pendidikan vokasi yang link and match dengan industri di beberapa wilayah di Indonesia juga dijalankan. Tujuannya untuk menciptakan tenaga kerja terampil yang sesuai kebutuhan dunia industri saat ini, termasuk kesiapan memasuki era revolusi industri 4.0.

“Kami telah menggandeng sebanyak 609 industri dan 1.753 SMK yang terlibat. Program ini akan terus digulirkan, dan kami mengapresiasi Sido Muncul yang juga ikut terlibat dalam program vokasi tersebut,” imbuh Airlangga.

Ketika obat tradisional Indonesia berhasil dikemas dan dipasarkan dengan gaya modern, maka bukan tak mungkin pasar internasional bisa digarap lebih luas.

“Obat tradisional dan herbal adalah salah satu yang diminati di pasar Asean dengan jumlah 650 juta jiwa. Saya yakin, 650 juta orang itu kalau traveling lebih dari 30 kilometer, rata-rata pada pegel linu. Cocok dengan obatnya Sido Muncul,” ucap Airlangga.

Editor: Sigit Kurniawan

Related