Apakah Mata Bayi yang Terkena ASI Bisa Buta? Begini Penjelasan Ahli

marketeers article
Ilustrasi (Foto: 123rf)

Pernahkah Anda mendengar mitos yang mengatakan jika air susu ibu (ASI) mengenai mata bayi, maka si kecil bisa menjadi buta? Ini sejatinya hanya mitos belaka yang tidak memiliki dasar ilmiah dan tanpa bukti.

dr. Tri Permatadewi dalam laman Alodokter menegaskan tak ada satu pun penelitian yang menjelaskan hubungan ASI dengan kebutaan pada bayi. Kemungkinan besar, mitos ini berasal dari pengalaman pribadi seseorang yang kemudian tersebar dan dipercaya banyak orang. 

Misalnya saja, seorang ibu mungkin secara tak sengaja meneteskan ASI ke mata bayinya, yang ternyata sudah mengalami masalah penglihatan. Alih-alih memastikan penyebabnya ke dokter, ia malah menganggap ASI sebagai penyebabnya.

BACA JUGA: Supermoon Disebut Bisa Pengaruhi Kesehatan, Mitos atau Fakta?

Faktanya, penglihatan bayi berkembang secara bertahap. Pada saat lahir, si kecil hanya bisa mengenali cahaya. 

Ketika memasuki usia satu bulan, mereka mulai dapat melihat warna-warna dasar. Barulah pada usia dua bulan, kemampuan visual bayi meningkat yang mana mereka bisa mengikuti pergerakan benda di depan wajah. 

Barulah pada usia enam bulan, penglihatan bayi sudah hampir setara dengan orang dewasa. Hal senada juga disampaikan dr. Arina Heidyana dalam laman KlikDokter

Bila ASI mengenai mata bayi, ibu tidak perlu panik karena tidak ada bahaya langsung yang mengancam kesehatan mata bayi hanya karena terkena ASI. 

BACA JUGA: Cara Memulai Silent Walking, Tren Sederhana yang Bikin Hidup Bebas Stres

Ibu hanya perlu membersihkan mata bayi dengan kain bersih secara lembut dan perlahan. Hal terpenting adalah tidak menggosok mata bayi dengan kuat, karena hal tersebut justru bisa menyebabkan iritasi.

Dengan demikian, jelas bahwa informasi yang menyebut bahwa ASI dapat menyebabkan kebutaan adalah mitos belaka. Sampai saat ini, tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim tersebut. 

Kondisi seperti iritasi mata pada bayi lebih sering disebabkan oleh benda asing atau infeksi, bukan karena paparan ASI.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS