Bisnis barang mewah di China laris manis di tengah permintaan pasar global yang menurun. Bain & Company memotret, ketika pasar produk mewah global menurun sebesar 23% pada 2020, pasar Tiongkok justru meningkat hampir dua kali lipat dari 11% pada 2019 menjadi 20% pada 2020.
Pertumbuhan pasar barang mewah di Tiongkok diperkirakan mencapai 48% atau berkisar Rp 753 triliun (RMB 346 miliar) pada akhir 2020.
Pertumbuhan ini diperkirakan akan terus berlanjut, dan Tiongkok dinilai berpotensi untuk memiliki pangsa pasar terbesar dalam jual-beli produk mewah pada 2025. Bahkan, setelah ekonomi global kembali ke level pra-pandemi.
“Akibat pandemi COVID-19, pasar produk mewah global menyusut karena pertimbangan ekonomi dan sosial memiliki akses terbatas. Namun, penjualan produk mewah di Tiongkok telah bangkit ke level pra-lockdown,” kata Bruno Lannes, Senior Partner Bain & Company di Shanghai, beberapa waktu lalu.
Faktor yang mendorong kebangkitan ini menurut Bruno adalah repatriasi, pembelian yang dilakukan oleh para milenial dan Gen Z, digitalisasi yang berkelanjutan, dan toko bebas-pajak (duty-free) Hainan.
Cara Brand Mewah Dekatkan Diri dengan Konsumen China
Salah satu tren menarik yang ditemukan dari pasar produk mewah Tiongkok adalah cara brand mendekatkan diri dengan para konsumen, baik secara online dan offline.
Menurut Chief Marketing Officer Alibaba Group Chris Tung, konsumen kelas atas di pasar Tiongkok sangat mengandalkan platform digital. Di sisi lain, mereka juga memiliki ekspektasi tinggi soal pengalaman belanja terbaik.
Brand mewah internasional di China telah menggunakan berbagai tools, seperti livestreaming untuk memperkenalkan dan mengedukasi konsumen mengenai produk yang dijual.
“Selama Festival Belanja Global 11.11 tahun ini, brand-brand mewah dari seluruh dunia berhasil mencatatkan jutaan penonton dan interaksi hanya dalam hitungan jam karena konsumen terus mencari cara baru untuk bisa terhubung dengan brand favorit mereka secara digital,” jelas Chris.
Brand-brand mewah tidak hanya memandang e-commerce hanya sebagai kanal penjualan, melainkan sebagai saluran marketing untuk meningkatkan brand awareness, prestise atau reputasi produk, serta menarik konsumen baru.
“Mereka memanfaatkan beragam tools online yang ada untuk menceritakan kisah mereka dan memuaskan para konsumen kelas atas dengan kustomisasi produk, peluncuran produk edisi terbatas, consumer insight, livestreaming, dan integrasi antara pemasaran online dan offline,” jelas Luna Wang, Head of Tmall Luxury Division Alibaba Group.