Dalam beberapa tahun ke belakang, startup sempat ramai diperbincangkan karena banyak melakukan bakar uang dan berujung PHK. Salah satu perhitungan yang terlibat dalam mengukur bakar uang ini adalah burn rate.
Burn rate menjadi perhitungan yang dapat digunakan untuk memperhitungkan keberlangsungan perusahaan sebelum memperoleh pendapatan. Burn rate tersebut masuk dalam laporan keuangan para startup.
Istilah ini pun cukup berkaitan erat dengan keuangan perusahaan rintisan yang umumnya mendapatkan pendanaan dari venture capital dan masih belum mampu menghasilkan cash flow yang positif dari operasional.
Untuk memahami pengertian burn rate, cara menghitung, dan tips menekan burn rate, Anda bisa simak artikel berikut ini:
Apa itu burn rate?
Disadur dari Investopedia, burn rate menjadi sebuah perhitungan yang merepresentasikan bagaimana kecepatan perusahaan dalam kondisi belum memperoleh keuntungan untuk menghabiskan cadangan kasnya.
Secara sederhana, burn rate ini bisa disebut sebagai jumlah uang yang startup bakar di setiap bulan. Startup founder penting untuk mengetahui ini untuk dapat memperhitungkan seberapa cepat perusahaan akan kehabisan modal untuk bertahan hidup.
Bagi para startup, perusahaan tersebut biasanya akan “membakar uang” untuk dapat meningkatkan value perusahaan dan membayar biaya overhead sebelum benar-benar memperoleh profit.
Umumnya, burn rate akan menjadi hal yang biasa ditemui pada startup teknologi yang tidak memiliki keuntungan dari pendapatan dalam beberapa periode di awal perusahaan berdiri.
Dengan begitu, untuk menghitung burn rate ini, Anda perlu memahami dengan baik laporan laba rugi Anda dan mulai lakukan analisis perhitungan.
BACA JUGA: Product Life Cycle: Pahami Situasi Pasar agar Produk Tepat Sasaran
Cara kalkulasi burn rate
Burn rate ini terbagi ke dalam dua jenis, yaitu pembakaran kotor dan bersih. Pembakaran kotor adalah total uang yang dikeluarkan setiap bulan. Pembakaran bersih berarti jumlah uang yang hilang setiap bulan dan memiliki kemungkinan pendapatan perusahaan.
Rumus burn rate yang bisa digunakan adalah sebagai berikut:
Burn rate bersih = (pendapatan bulanan – harga pokok penjualan) – nilai pembakaran kotor
5 Tips mengurangi burn rate
Apabila burn rate Anda lebih tinggi dibanding target yang Anda inginkan, maka Anda perlu meningkatkan pendapatan dan mengurangi pengeluaran. Berikut beberapa tips yang bisa Anda lakukan.
1. Tingkatkan pendapatan dan penjualan tunai
Coba cari cara untuk meningkatkan traffic Anda. Temukan prospek sebanyak mungkin dalam customer journey yang Anda miliki. Jangan lupa tingkatkan konversi leads menjadi pelanggan Anda.
Hal ini tujuannya untuk meningkatkan penjualan yang berdampak pada pendapatan Anda. Namun, penjualan mungkin tidak selalu berkontribusi pada pendapatan. Sebab itu, Anda juga bisa menaikkan harga produk jika perhitungannya sesuai.
Selain itu, Anda juga perlu menawarkan produk yang memang berfokus pada penjualan tunai, sehingga Anda memiliki uang yang bisa digunakan kapan saja.
Hindari produk atau layanan yang memang menawarkan model pembayaran kredit. Jika pun iya, Anda perlu memperketat sistem pembayaran secara selektif dan cerdas.
Jangan sampai transaksi langsung berubah menjadi transaksi tertunda yang bisa merugikan jika dalam waktu lama.
BACA JUGA: Cost Leadership: Strategi Biaya Rendah untuk Menangkan Kompetisi
2. Tekan biaya bakar uang yang tidak perlu
Bagi model bisnis yang memiliki profit margin rendah, cobalah efisiensikan kinerja operasional perusahaan Anda. Temukan strategi peningkatan produktivitas dengan meminimalisasi persediaan maupun bahan baku yang berdampak besar pada pengeluaran bakar uang Anda.
3. Jangan terlalu banyak melakukan perekrutan
Karyawan yang banyak mungkin terlihat akan membawa produktivitas tinggi. Namun faktanya tak selalu demikian. Karyawan yang melebihi jumlah yang sesuai bisa membuat produktivitas menurun namun biaya membengkak.
Cobalah untuk tidak terlalu banyak merekrut karyawan, lebih baik memberikan insentif atau pelatihan untuk dapat meningkatkan produktivitas karyawan Anda.
Perhitungkan jumlah karyawan yang diperlukan dengan teliti agar kinerja perusahaan Anda tetap terjaga dan tidak terjebak pada pola PHK massal yang diawali oleh perekrutan besar-besaran.
4. Bayar tagihan sesuai kesepakatan
Tak perlu membayar tagihan Anda lebih cepat dari perjanjian pembayaran, kecuali memang ada diskon atau insentif yang menguntungkan.
Cobalah tahan terlebih dahulu yang tunai Anda lebih lama sebelum modal Anda habis tanpa menerima pendapatan. Manfaatkan ketentuan pembayaran yang memang telah Anda sepakati sebelumnya.
5. Tutup sumber pendapatan yang tidak menguntungkan
Bukan sesuatu yang aneh bila dalam bisnis yang baru saja berkembang terdapat berbagai inovasi yang menawarkan produk atau layanan yang sifatnya sekunder, namun tidak mampu mencapai break even point.
Dalam keadaan krisis, cobalah untuk menutup sumber pendapatan tersebut secara sementara jika memang tidak menghasilkan pendapatan atau malah meningkatkan beban yang harus Anda bayar.
Jika kondisi telah baik-baik saja, Anda akan tetap memiliki kesempatan untuk meluncurkannya kembali di lain waktu.
Itulah pengertian, cara kalkulasi, dan tujuh tips yang bisa memberikan Anda pemahaman lebih lanjut mengenai burn rate. Sebagai startup founder, burn rate mungkin memang menjadi hal yang wajar.
Namun, bukan berarti perlu Anda kesampingkan selama modal Anda belum memasuki masa kritis. Tetaplah evaluasi pengeluaran bakar uang Anda secara berkala dan hitung sampai berapa lama Anda bertahan agar pengelolaan keuangan Anda tetap terjaga.
Jangan sampai perusahaan terlalu fokus bakar uang hingga lupa bahwa perusahaan juga perlu bertahan dengan memiliki sumber pendapatan yang memang menghasilkan keuntungan. Ingatlah bahwa keuangan adalah darah kehidupan bagi bertahan atau tidaknya sebuah perusahaan.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz
BACA JUGA: 5 Strategi Jitu Sukseskan Product Launch Campaign