Cara VICE Indonesia Bangun Pasar Pembacanya

marketeers article

Jika biasanya perusahaan media akan cepat-cepatan mengangkat berita yang akan dan tengah viral, tidak untuk VICE Indonesia. Besar di Amerika, VICE punya racikan konten sendiri untuk meraih segmen pembaca di Indonesia, khususnya segmen anak muda dengan kelas sosial ekonomi A dan B.

“VICE percaya di tengah perubahan anak muda mengkonsumsi media, ada paradigma yang berubah juga,” ujar Ardyan M. Erlangga, Managing Editor VICE Indonesia di panggung WOW Brand Festive Day 2019 di Jakarta, Kamis (14/3/2019).

Menurutnya, hal ini terjadi karena penetrasi internet yang kian masif. Kecenderungan baru pun terjadi soal konsumsi berita. Menurutnya, perusahaan media terbesar di Indonesia hari ini mungkin bukan Antara, melainkan Instagram. Ya, media sosial hari ini banyak menyajikan konten berita yang tengah menjadi perhatian masyarakat. Dan platform ini pula yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat, khususnya anak muda. Bahkan kalau ingin cepat-cepatan, perusahaan media bisa kalah dengan media sosial.

“Kami tidak bikin konten dengan kuantitas banyak atau yang banyak diomongi dan semua media bisa garap, misalnya soal pernikahan Syahrini,” lanjut Ardyan.

Menurutnya, konten seperti tidak ada konsumen yang akan loyal ke satu media. Konten semacam ini pun sulit untuk dijual. Pasalnya, anak muda tak ingin membayar untuk mencari informasi yang umum. Baginya, konten tak perlu banyak dan tidak soal breaking news selalu. VICE pun mengambil ceruk di sana khususnya untuk anak muda. Ardyan lebih memilih membuat konten yang tak bisa dibuat oleh media lain, mendalam, dan unik.

“Kunci buat kami adalah royalitas, konten eksklusif, dan relevan dengan anak muda, khususnya di segmen A dan B,” tambah pria jebolan Kapan Lagi Network ini.

Hal ini yang menjadi diferensiasi VICE Indonesia di tengah media yang terjebak dengan algoritma Google dalam membuat berita. Pasalnya, banyak media yang membuat berita berdasarkan Google Trend yang juga dilihat para pesaingnya.

VICE Indonesia pun memilih untuk membuat sesuatu yang pembaca tak bisa dapat lewat googling. Misalnya, “Siapa pentolan penagih utang di Jakarta”. Menurutnya ini lebih bernilai.

“Sudut pandang dan posisi berita itu penting bagi anak muda. Mereka tak terlalu suka media yang posisinya di tengah-tengah atau mainstream,” imbuh Ardyan.

Related