Karya anak bangsa di bidang fesyen kembali mendapatkan dukungan pemerintah untuk masuk kancah global. Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) memfasilitasi lima brand di pameran streetwear terbesar Agenda Show, di Long Beach, California, Amerika Serikat pada tanggal 28 – 30 Juni 2018.
Agenda Show merupakan pameran fesyen khusus kategori streetwear, action sport, denim, footwear, surfing dan skate. Sejak digelar pertama tahun 2003, Agenda Show sudah dihadiri oleh lebih dari 10.000 pengunjung dari berbagai negara di antaranya buyers, media, distributor dan influencers dari Amerika Serikat dan 50 negara lain di dunia.
“Keikutsertaan ini mencerminkan salah satu upaya Bekraf untuk terus meningkatkan fesyen sebagai sektor unggulan ekraf di Indonesia,” ujar Deputi Pemasaran Bekraf Joshua Puji Mulia Simandjuntak. Ia berharap, dengan dukungan ini, industri fesyen streetwear tanah air semakin berkembang pesat dan mendapat tempat di hati dunia.
Menurut data Outlook Ekonomi Kreatif 2017 yang diterbitkan oleh Bekraf, sub sektor fesyen merupakan salah satu sub sektor ekraf dengan nilai pendapatan terbesar (tahun 2016) yaitu senilai Rp 166 triliun atau berkontribusi sebesar 18,01% terhadap PDB Ekraf. Secara umum, nilai ekspor produk fesyen Indonesia pada 2015 mencapai US$ 10,90 miliar, meningkat sebesar 1,84% dibandingkan ekspor di tahun 2014 dan memberikan kontribusi sebesar 54,54% terhadap total nilai ekspor sektor ekraf. Nilai tersebut menjadikan sub sektor fesyen sebagai salah satu industri yang sangat penting bagi ekonomi kreatif.
Negara tujuan ekspor terbesar produk fesyen Indonesia adalah Amerika Serikat dengan nilai sebesar US$ 4,72 miliar, lalu di posisi kedua dan ketiga berturut-turut adalah Jepang dengan nilai ekspor US$ 943,6 juta dan Jerman dengan nilai ekspor US$ 701 juta. Komoditas terbesar produk fesyen ke Amerika Serikat berasal dari industri pakaian jadi dari tekstil.
Dalam Agenda Show 2018, Bekraf akan membawa lima brand lokal yang sudah melewati tiga tahapan kurasi oleh para kurator, yaitu Khairiyyah Sari, Hanafie Akhmad, Syahmedi Dean, dan Febe Riyanti Siahaan. Untuk kurasi tahapan kedua dilakukan langsung oleh brand partnership Agenda yaitu Richard Soto. Pendaftaran terbuka telah dilakukan yaitu mulai 27 Februari 2018 dan berlangsung selama 2 minggu. “Masyarakat cukup antusias dengan acara ini, ratusan peserta ikut berpartisipasi dengan berbagai produk mereka. Setelah melalui tiga tahapan kurasi, terpilihlah lima brand yang dirasa tepat,” ucap Khairiyyah Sari.
Tren streetwear berangkat dari tren fesyen dunia pada tahun 90an. Produk streetwear yang berasal dari gaya hidup hip hop dan skate muncul hingga menjadi incaran kaum muda. Saat itu, streetwear merupakan sarana untuk menunjukkan identitas diri dan merefleksikan status sosial serta menampilkan kebanggaan dan integritas sebagai seorang individu dengan mengekspresikan diri melalui pakaian.
Di Indonesia, tren ini mulai terlihat di tahun 90an saat era distro berjaya. Label-label produksi dalam negeri yang menjual kaus, jaket, hoodies, yang belum berani menjual labelnya sendiri, menitipkannya di distro-distro. Indonesia kembali semarak dipenuhi dengan label streetwear yang inovatif serta dipenuhinya acara-acara yang berhubungan dengan gaya hidup itu. Generasi Z menjadi konsumen utama produk streetwear. “Mereka menilai bahwa streetwear merupakan gaya pakaian yang nyaman digunakan dan memiliki karakter. Streetwear, saat ini bukan hanya sekadar dipakai, namun juga menjadi sebuah kebanggaan bagi para pemakainya,” tambahnya.
Lebih lanjut, lima brand yang didukung oleh Bekraf di Agenda Show 2018 ini adalah Elhaus dengan modern menswear dan denim, Paradise Youth Club dengan inspirasi gaya hidup 90’s skate dan musik, OldblueCo yang fokus di produksi denim, Monstore yang memiliki koleksi unisex, apparel, dan home, serta Potmeetspop asal Bandung yang berkreasi dengan aneka denim rancangan modern.