Marketing 4.0, Pentingnya Integrasi Bisnis secara Offline dan Online

marketeers article
Marketing 4.0, Pentingnya Integrasi Bisnis secara Offline dan Online. (FOTO:123RF)

Digitalisasi mendorong kompetisi bisnis ke tahap yang lebih kompleks. Brand dituntut adaptif dan menerapkan sistem pemasaran atau marketing yang ramah dengan teknologi tanpa mengesampingkan nilai-nilai luhurnya ke konsumen.

Sekalipun transformasi digital itu penting, pemasaran tradisional tidak begitu saja ditinggalkan. Markeeter dituntut memahami customer journey di seluruh titik pelanggan, baik di ranah offline maupun online.

BACA JUGA: Kenali 3 Komponen Pembentuk Dunia Metaverse

Dalam Marketing 4.0, pemasaran di dunia digital tidak hanya mengandalkan media dan kanal digital, namun omnichannel alias integrasi offline dan online maupun fisik serta digital. Oleh karena itu, Marketing 4.0 menekankan konektivitas machine to machine dalam rangka mendongkrak produktivitas.

Tak ketinggalan, hal tersebut juga harus diimbangi dengan konektivitas human to human dalam rangka memperkuat customer engagement.

BACA JUGA: Philip Kotler Ungkap 4 Tren Marketing yang Perlu Diantisipasi Pemasar 

V2 Indonesia, yang sudah tiga dekade bermain di pasar audio visual juga menerapkan marketing 4.0. Kanal penjualan dari produk atau layanan yang dijajakan disesuaikan dengan kebutuhan seluruh konsumen.

Konsumen bisa membeli atau memanfaatkan layanan V2 Indonesia dengan mudah melalui situs hingga platform WhatsApp yang terhubung ke internet. Bila konsumen ingin melihat produk dan layanan secara fisik, V2 Indonesia memiliki kantor pemasaran di Lippo Thamrin Level 7 Unit 08, Jl. MH Thamrin Nomor 20, Jakarta Pusat.

Rudi Hidayat, CEO V2 Indonesia menuturkan saat merintis usaha rental audio visual, optimismenya di bisnis ini sangat tinggi. Dia melihat produk audio visual sangat dibutuhkan berbagai merek untuk sarana marketing demi menarik konsumen.

Bahkan, dia menilai sebuah presentasi tidak akan menarik tanpa adanya slide dalam sebuah layar khusus. Padahal, dengan menampilkan sebuah gambar, ingatan seseorang dalam merespons presentasi akan jauh lebih mendalam.

“Kita punya lima pancaindra, daya serap ingatan lewat mata (visual) 83% dan pendengaran 11%. Itu (alasan) kenapa V2 Indonesia fokus di audio visual,” kata Rudi Hidayat dalam Marketeers Club (MClub) bertema ‘Digital Fatigue? Try Multisensory Marketing’ di Jakarta, Rabu (26/10/2022).

Setelah mendominasi pasar audio visual nasional, anak usaha PT M Cash Integrasi Tbk ini makin bertumbuh dengan bisnis yang lebih beragam. V2 Indonesia kini menjadi perusahaan penyedia solusi audio visual dan keunggulan teknologi masa depan seperti IoT, AI, VR, XR, AR, Metaverse & Robotics.

V2 Indonesia baru-baru ini menghadirkan pengalaman baru dalam menikmati teknologi metaverse melalui House of Future (HoF). House of Future merupakan experience creative gallery store yang memberikan gambaran dunia virtual serta berbagai teknologi audio-visual yang menjadi perantaranya, seperti Internet of Things (IoT) AI, VR, XR, AR hingga Robotics. 

Dengan Mengusung konsep ‘Seeing is Believing’, HoF memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk merasakan dunia Metaverse dan kegunaanya di berbagai sektor.

Lantas bagaimana V2 Indonesia mengintegrasikan kanal online-offline untuk memaksimalkan bisnisnya? Apa keuntungan menggarap metaverse dalam bisnis tradisionalnya di audio visual?

Pertanyaan itu akan dijawab oleh V2 Indonesia di ajang Tech for Business yang digelar oleh Marketeers pada Selasa (22/11/2022) pada sesi e-Commerce in The Metaverse. 

Daftarkan di sini.

Tech for Business, 22 November 2022

Related