Angka RevPAR (Revenue per Available Room) growth Indonesia berdasarkan pantauan STR (Smith Travel Research, inc.), sebuah perusahaan Amerika yang berbasis di Hendersonville, Tennessee, yang beroperasi dalam pengumpulan data-data bagi industri perhotelan, pada tahun 2017 perlahan bangkit pascaterpuruk selama 30 bulan sejak tahun 2015.
Hal ini berdampak pada industri perhotelan Indonesia yang makin kompetitif. Belajar dari overview di tahun lalu, Hotel Indonesia Group sebagai satu-satunya hotel milik BUMN pun menemukan kekuatan baru mereka. Seperti apa kekuatan yang akan mereka gunakan untuk menjawab tantangan di tahun 2018?
Ditemui di Philip Kotler Theater Class Jakarta, Rabu (17/01/2018), President Director PT Hotel Indonesia Natour (Persero) Iswandi Said mengatakan konsep Indonesian Hospitality akan menjadi daya jual baru yang membedakan hotel BUMN dengan kompetitor mereka.
“Hotel Indonesia Group memerlukan identitas. Untuk itu, kami mengusung konsep Indonesian Hospitality yang menjadi diferensiasi kami dengan hotel lain. Makna dari konsep ini adalah di mana pun lokasi hotel kami berada, kearifan lokal selalu melekat di sana,” terang Iswandi.
Lebih jauh, Iswandi memberi contoh dari segi sajian makanan. Welcome drink di seluruh Hotel Indonesia Group dikatakan Iswandi merepresentasikan kearifan lokal wilayah tersebut. Welcome drink di Sumatera Utara selalu mengangkat buah Markisa. Di Padang, buah yang disuguhkan adalah Bengkoang. Sementara, Yogyakarta memberikan sajian jamu dengan taste yang disesuaikan bagi lidah tamu mancanegara.
“Jadi, kami mengangkat mulai dari apa yang bisa dilihat, didengar, dan dirasakan para tamu dalam hal layanan. Ini yang menjadi kekuatan baru yang membedakan hotel BUMN kami dengan hotel lain,” tutur Iswandi.
Managing the Hospitality Product
Kekuatan Indonesian Hospitality yang diusung grup hotel naungan BUMN ini tak akan berjalan efektif tanpa sistem manajamen produk yang baik. Dalam hal ini, Iswandi mengatakan telah menyusun cara baru yang ia bagi dalam tiga tahap (pre, in, post).
“Dimulai dari tahap pre, kami merangkul industri transportasi, bisnis, atraksi, dan kuliner yang memiliki hubungan erat dengan sektor perhotelan. Setelah itu, proses promosi pun kami lakukan dengan cara tradeshow, media funtrip, placements, insentif, hingga review,” terang Iswandi.
Kedua cara di atas dikatakan Iswandi harus diimbangi dengan sistem pembayaran yang mudah, baik installment maupun cash melalui berbagai channel (Visa/MasterCard/Union/Pay) diikuti dengan jaminan keamanan melalui asuransi. Urusan konektivitas distribusi channel (wholesales, overseas travel agents, domestic travel agents, online travel agents, and book direct) pun menjadi poin akhir dalam tahap pre yang harus disiapkan.
Memasuki tahap in, Iswandi menjelaskan konsep Indonesian Hospitality ini akan memperkenalkan sisi sight, touch, sound, taste, dan scent budaya Indonesia yang didesain berkelas internasional.
“Contohnya, di Padang, kami menyajikan Rendang terenak yang hanya dapat ditemui di hotel kami. Untuk dapat dinikmati oleh para wisatawan mancanegara, kami memberikan varian tingkat kepedasan yang berbeda agar bisa masuk ke lidah seluruh wisatawan. Inilah strength point yang coba kami bangun untuk unggul di antara hotel lain,” kata Iswandi.
Terakhir, setelah tamu selesai menginap di hotel naungan BUMN, Iswandi mengatakan akan ada berbagai bentuk evaluasi kepuasan pelanggan. Guest satisfaction, NPS, online score and review yang diberikan akan dikombinasikan dengan come back offers guna mendapatkan loyalitas tamu.
Bagaimana pendapat Anda?
Editor: Sigit Kurniawan