Oleh Hanny Nurlatifah
Dosen FEB Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), ICSB DKI Jakarta
Peneliti Marketing dan Perilaku Konsumen di
Center for Halal Lifestyle, Entrepreneurship and Consumer Studies (CHECS)
Dunia tengah berjuang menghadapi wabah COVID-19. Wabah ini sangat dahsyat karena hanya dalam kurun waktu tiga bulan sejak pertama kali terdeteksi telah menyebar hampir ke seluruh negara di dunia tidak terkecuali Indonesia. Dampak yang ditimbulkannya juga luar biasa. Tidak hanya terhadap kesehatan tetapi juga terhadap kondisi sosial.
Untuk menghalangi penyebaran wabah, masyarakat dipaksa untuk mengurangi interaksi sosial atau dikenal dengan istilah social distancing. Tindakan ini telah mempengaruhi pola perilaku masyarakat secara global dan memicu perekonomian ke arah krisis.
Melihat kondisi ini, model Muslimpreneur yang mengacu pada cara Nabi Muhammad SAW berniaga bisa menjadi solusi. Dikembangkan dari kerjasama riset antara Universitas Al Azhar Indonesia dan International Council for Small Business (ICSB) Indonesia, model ini menggambarkan hubungan horizontal atau hubungan sesama manusia (habluminannas) dan hubungan vertikal atau hubungan dengan-Nya (habluminallah).
Model ini memiliki elemen-elemen kunci yaitu Religious Foundation, Spiritual Activation, Human and Nature Interaction serta Moral Guidance.
Religious Foundation
Manusia hanya dapat berencana dan berupaya. Sementara hasil yang akan dicapai tergantung dari Allah SWT. Seorang muslimpreneur harus mempunyai religious foundation atau Iman yang sangat kuat. Lalu, harus selalu optimistis dengan upaya yang sedang dilakukan dan kemudian berserah diri dan bisa menerima apapun yang menjadi ketentuan Sang Pencipta.
Dengan adanya wabah COVID-19 tentu menimbulkan kecemasan dan ketidakpastian karena tidak seorangpun yang dapat memprediksi kapan wabah akan muncul dan sampai kapan akan berakhir. Dengan religious foundation atau iman yang sangat kuat, menjadi jalan satu-satunya untuk mengurangi kecemasan adalah berserah diri kepada-Nya.
Spiritual Activation
Salah satu variabel spiritual activation adalah halalan thayyiban yang berarti seorang muslimpreneur harus selalu memilih sumber halal, murni, bersih, higienis dan harus selalu memenuhi prinsip-prinsip kehalalan dalam berproduksi.
Seperti yang dilansir dari berbagai media, COVID-19 diyakini berasal dari pasar hewan dan makanan laut di Wuhan, China. Di tempat tersebut juga dijual hewan liar seperti ular dan kelelawar. Diduga virus ini menyebar dari hewan-hewan liar tersebut ke manusia dan kemudian menyebar dari manusia ke manusia.
Dengan kejadian ini harusnya dapat dipahami mengapa variabel halalan thayyiban sangat penting bagi muslimpreneur. Bukan saja hanya dari spiritual agama, tetapi juga nilai sosial. Pasalnya, wabah ini berawal karena manusia terlalu rakus dan sembarangan dalam memilih sumber-sumber untuk bahan pangan.
Moral Guidance
Selain variabel utama yaitu trustworthiness atau amanah sebagai syarat mendasar seorang muslimpreneur, variabel yang relevan dengan situasi ini adalah fair trade. Dalam variabel ini, marketeer harus menjunjung etika dalam melakukan bisnis.
Dalam wabah COVID-19, kebutuhan akan masker dan hand sanitizer, juga hazmat yang merupakan Alat Pelindung Diri (APD) bagi petugas kesehatan sangatlah tinggi.
Situasi ini tentu akan menjadi peluang bisnis yang bisa membuat keuntungan yang sangat besar, harga bisa naik sangat tinggi. Hal ini diperparah karena banyak pedagang memborong dan menyimpannya terlebih dulu sehingga barang menjadi langka. Hal ini didasari keinginan meraup keuntungan besar.
Di sinilah etika dan moral sangat diperlukan. Pasalnya, seorang muslimpreneur tidak boleh mengambil keuntungan di atas kesulitan orang lain.
Human and Nature Interaction
Dalam situasi ini, variabel yang paling penting dalam elemen ini adalah Concern for welfare. Seorang muslimpreneur harus membantu orang miskin dan mereka yang membutuhkan. Situasi wabah menyebabkan banyak sekali orang kesulitan karena pembatasan aktivitas untuk mengurangi interaksi sosial. Kondisi ini membuat masyarakat menjadi sulit mencari nafkah.
Para pengemudi ojek online contohnya. Pendapatan mereka turun secara drastis karena kebijakan work from home yang menyebabkan order mereka menurun.
Tulisan ini mudah-mudahan dapat menjelaskan bagaimana model Muslimpreneur memahami wabah COVID-19. Elemen-elemen dari model Muslimpreneur beserta variabelnya di atas jika diterapkan dapat menjadi upaya dalam memitigasi dampak dari wabah ini. Terutama, dampak sosial ekonomi dan bahkan dapat mencegah terjadinya wabah di masa depan.
Mari kita semua berdoa mudah-mudahan wabah COVID-19 yang sedang melanda dunia akan segera berakhir dan dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua.