Penjualan di Eropa dan AS Melemah, Raksasa FMCG Kelimpungan

marketeers article
Ilustrasi FMCG. (Sumber Ilustrasi: 123rf.com)

Raksasa perusahaan fast moving consumer goods (FMCG), seperti Nestle, Kraft Heinz, dan Reckitt ditaksir melaporkan pertumbuhan penjualan kuartal II 2024 yang lemah di Eropa dan Amerika Serikat (AS). Hal ini seiring keputusan konsumen yang memilih merek-merek yang menahan kenaikan harga produknya, berdasarkan data Nielsen.

Dilansir dari Reuters, Jumat (19/7/2024), analis dan investor telah menyatakan kekhawatiran selama beberapa kuartal tentang produsen makanan, kecantikan, dan produk rumah tangga yang tidak dapat merebut kembali hati konsumen. Perusahaan-perusahaan tersebut diketahui menaikkan harga produk selama lebih dari dua tahun setelah pandemi COVID-19.

BACA JUGA: Buka Pre-Booking Selama GIIAS 2024, Harga Chery Tiggo 8 Dikunci di Rp 400 Juta

Hal itu akhirnya mendorong inflasi dan memicu krisis biaya hidup global yang membuat kenaikan harga barang di Amerika Utara menyebar ke Eropa dan seluruh dunia. Perusahaan FMCG yang bisa menurunkan harga atau mempertahankan banderol produk menjadi penentu kinerja bisnis mereka saat ini.

Warren Ackerman, analis Barclays mengatakan capaian penjualan dan pertumbuhan keuntungan akan menjadi indikator kinerja utama pada kuartal ini, termasuk inovasi produk akan disorot. Meski begitu, konsumen AS prasejahtera tetap mengalami tekanan dengan kondisi ekonomi saat ini.

BACA JUGA: Ancang-ancang Tahun 2025, Suzuki Pamer Konsep Mobil Listrik SUV eVX

“Unilever dan Danone terlihat memiliki momentum tumbuh, tetapi ada kekhawatiran di Nestle,” kata Ackerman. 

Pertumbuhan penjualan Nestle meleset pada kuartal I 2024 karena terus menaikkan harga sehingga produk yang terjual lebih sedikit, terutama di Amerika Utara. Data Nielsen yang dianalisis Barclays menunjukkan penjualan di toko-toko Eropa untuk produk Reckitt, Kellogg, dan P&G telah menurun dalam tiga bulan terakhir. 

BACA JUGA: Makin Mendunia, Stray Kids Kolaborasi dengan Deadpool & Wolverine

Demikian pula produk Reckitt, Nestle, dan Henkel di toko AS yang melaporkan penjualan yang lebih rendah pada kuartal II 2024, termasuk dalam pangsa pasar untuk sejumlah kategori produk.  

Pendapatan PepsiCo pada kuartal II 2024 meleset dari target karena serangkaian kenaikan harga dan persaingan merek-merek private label menahan penjualan makanan ringan dan minuman bersodanya, terutama di AS sebagai pasar terbesarnya. 

BACA JUGA: Pola Asuh yang Bisa Ibu Terapkan saat Anak Kehilangan Ayah di Usia Dini

“Karena sejumlah pesaing, terutama private label, telah meningkatkan pangsa pasar mereka. Akan menarik untuk melihat apakah produk konsumen bermerek dapat meningkatkan pangsa pasar mereka,” ucap Tineke Frikkee, seorang manajer portofolio di Waverton Investment Management.

“Unilever khususnya telah menyatakan keinginannya untuk mendapatkan kembali pangsa pasar yang hilang. Hal ini dapat dilakukan dengan harga yang lebih rendah, namun sering kali secara tidak langsung melalui promosi, seperti pembelian dua produk untuk harga satu harga,” katanya. 

Data Nielsen memperkirakan penjualan Danone, Kellogg, dan Unilever sebagian besar meningkat di Eropa dan AS selama kuartal II 2024. Unilever terbantu dengan pertumbuhan produk rumah tangga dan pribadi di saat produk makanannya kalah bersaing dengan kompetitor yang produknya lebih terjangkau. 

Unilever berada di tengah-tengah upaya untuk meningkatkan produktivitas demi mencoba menghidupkan kembali pertumbuhan setelah beberapa kuartal berkinerja buruk. Pekan lalu, Unilever melaporkan akan memangkas sebanyak 3.200 pekerja di Eropa pada akhir 2025.

“Secara umum konsumen merasa tertekan dan lebih ketat untuk berbelanja. Konsumen memutuskan untuk berhemat,” ucap Ackerman dari Barclays.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS