Salah satu industri di Indonesia yang mengalami dampak dari perlambatan ekonomi global secara kentara adalah industri elektronik. Termasuk dalam industri ini adalah produk-produk perkakas rumah dan audio video. Pada tahun 2015, industri ini turun 20% bila dibanding tahun 2014. Hal ini disampaikan oleh Ali Soebroto Oentaryo, Ketua Gabungan Pengusaha Elektronik (GABEL).
Ali optimistis situasi tahun ini bisa tertolong pada tahun depan, mengingat lanskap ekonomi global mulai membaik dan kekuatan Rupiah makin pulih. Sebab itu, Ali memprediksi pertumbuhan industri pada tahun depan minimal bisa sama dengan tahun 2014.
Sementara itu, dari sisi produk, Ali melihat tidak akan ada sentuhan teknologi baru yang dominan pada produk-produk seperti televisi, kulkas, air conditioner, dan sejenisnya. Pasalnya, produk-produk ini sudah menjadi bagian kebutuhan pokok masyarakat sekarang dan kondisinya pada tahap jenuh.
“Jadi, perkembangan teknologi itu sudah tidak terlalu banyak terjadi untuk produk-produk tersebut. Pemain akan lebih fokus pada sisi fungsional,” kata Ali.
Namun, Ali menambahkan, standar-standar global yang terkait dengan lingkungan akan tetap mewarnai produk-produk home appliances pada tahun depan. Terkait pemanasan global, misalnya, muncul ketentuan agar produk-produk tersebut lulus sertifikasi tidak merusak lingkungan. Hal ini diterapkan misalnya pada produk pendingin udara yang harus mengusung efisiensi energi.
Tren lain yang patut dipahami adalah hadirnya perangkat-perangkat yang berbasis IP (Internet Protocol). Semua perangkat bisa dikontrol karena terkoneksi oleh internet. Ali mengatakan, tren ini masih kecil untuk pasar Indonesia. Tapi, ke depannya, perangkat-perangkat cerdas ini akan semakin berkembang seiring dengan perkembang smart home.
*Indonesia Outlook 2016 selengkapnya akan dibahas pada MarkPlus Conference 2016 yang akan digelar di Ritz-Carlton pacific Place, Jakarta, 10 Desember 2015. Informasi selengkapnya di www.markplusconference.com