Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) meyakini pertumbuhan ritel pada tahun 2017 akan lebih baik. Pasalnya, APRINDO melihat kebijakan fiskal maupun moneter Indonesia jauh lebih tertata dan dapat diimbangi dibanding tahun sebelumnya.
“Sekarang inflasi sekitar 3,2%. Untuk Non-Performing Loan (NPL) dari semua bank di bawah 3%. Artinya, kredit gagal dan kredit macet sangat minim sekali. Hal ini menunjukkan dunia perbankan Indonesia sehat,” kata Roy N. Mande, Ketua APRINDO kepada Marketeers.
Selanjutnya, faktor yang membuat APRINDO optimistis pada tahun 2017 adalah perpajakan Indonesia yang tampak menggairahkan karena adanya tax amnesty dan pengaturan untuk peningkatan pajak. Roy mengatakan, APRINDO mendukung dan mengapresiasi program tax amnesty.
“Ada beberapa pemain ritel seperti pemilik Matahari Department Store dan Hypermart, pemilik Lippo Group, dan Indofood ikut serta dalam program tax amnesty ini,” kata Roy.
Bukan itu saja, APRINDO optimistis menghadapi tahun depan karena melihat pertumbuhan ekonomi yang meningkat. Bila pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,1% hingga tutup tahun ini, maka angka itu bisa tumbuh menjadi 5,4%-5,5% pada tahun 2017. “Ini menggambarkan optimisme pemerintah dan tingkat kepercayaan masyarakat yang meningkat,” kata Roy.
Erick Henry, General Manager PT Sahabat Utama Traco (SUT) ─ distributor tunggal Casio Calculator mengatakan, kondisi makro ekonomi bagaimana pun akan berpengaruh pada industri ritel. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi tahun 2017 tidak akan jauh berbeda dari tahun ini. “Kami berharap bisa bertumbuh 6% tahun depan, melihat program tax amnesty berjalan dengan baik hingga pungutan liar yang berkurang secara signifikan,” kata Erick.