Investasi Petrokimia US$ 50 Miliar, Kemenperin Siapkan Kebutuhan SDM
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memperkirakan investasi industri petrokimia hingga tahun 2030 mencapai US$ 50 miliar atau setara Rp 774,3 triliun (kurs Rp 15.487 per US$). Suntikan dana segar tersebut dapat dimanfaatkan industri nasional untuk memacu substitusi impor.
Arus Gunawan, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin mengatakan saat ini ada dua proyek besar industri petrokimia di wilayah Banten, misalnya adalah pembangunan pabrik Chandra Asri Perkasa (CAP2) dan Lotte Chemical Indonesia. Kedua proyek yang akan mulai produksi pada tahun 2025 ini ditargetkan menyerap tenaga kerja sebanyak 45.000 orang di bidang konstruksi dan 2.500 orang untuk operasional.
BACA JUGA: Kemenperin Permudah Industri Kecil dalam Sertifikasi TKDN
“Kami mencatat, terdapat 20 proyek investasi di sektor industri petrokimia dengan proyeksi nilai sebesar US$ 50 miliar sepanjang tahun 2020-2030. Artinya, dengan peningkatan investasi ini, ada potensi untuk penambahan jumlah tenaga kerja,” kata Arus melalui keterangannya, Rabu (19/10/2022).
Menurutnya, dengan banyaknya kebutuhan sumber daya manusia (SDM) yang berkompeten diperlukan persiapan yang matang. Kemenperin pun berjanji akan mempersiapkannya dengan matang melalui pembangunan Politeknik Industri Petrokimia di Serang, Banten.
BACA JUGA: Kemenperin Optimistis RI Bisa Produksi 2 Juta Motor Listrik pada 2025
Politeknik yang diresmikan sejak April 2022 ini berada di Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI).
“Kampus ini masih bayi atau baru lahir, tapi keunggulannya antara lain adalah sesuai dengan spesifikasi dan teknisnya, dekat dengan industrinya, serta menerapkan dual system,” ujarnya.
Di samping itu, Kemenperin telah menjalin kerja sama ikatan kerja dengan berbagai perusahaan industri petrokimia. Artinya, lulusan dari kampus ini nantinya bisa langsung terserap kerja.
Saat ini, sudah ada kerja sama dengan 11 perusahaan petrokimia dan dua asosiasi industri. Adapun ke-11 perusahaan tersebut, yakni PT Chandra Asri Petrochemical, PT Petrokimia Butadiene Indonesia, PT Pupuk Indonesia, PT Cabot Chemical Indonesia, PT Polytama Propindo, dan PT Petro Oxo Nusantara. Lalu, ada pula PT Mitsubishi Chemical Indonesia, PT Trinseo Materials Indonesia, PT Nippon Shokubai Indonesia, PT Asahimas Chemical, serta PT Lotte Chemical Titan Nusantara.
Sementara itu, dua asosiasinya adalah Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia, serta Federasi Industri Kimia Indonesia.
“Dalam upaya pengembangan Politeknik ini, kami juga menjalin kerja sama dengan pihak dari luar negeri, seperti SECO Swiss,” ucap Arus.
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajarnya, Politeknik ini menerapkan model pendidikan tiga semester di kampus, dua semester di industri, dan satu semester untuk menyusun tugas akhir. Selain itu, kurikulumnya mengacu pada SKKNI, dilengkapi dengan teaching factory dan laboratorium, serta memiliki mesin dan peralatan praktik yang sesuai dengan di industri.
Politeknik Industri Petrokimia menawarkan tiga program studi tingkat Diploma 3 (D3), yakni Teknologi Proses Industri Petrokimia, Teknologi Mesin Industri Petrokimia, dan Teknologi Instrumentasi Industri Petrokimia. Seluruh mahasiswa angkatan pertama dibebaskan dari biaya kuliah, sehingga tidak perlu membayar biaya pendaftaran, biaya semester, uang gedung, dan biaya kuliah lainnya sampai lulus.
“Pada angkatan pertama, peminat yang daftar lebih dari 2.300 orang, sedangkan yang lulus diterima dan menjadi angkatan pertama sebanyak 125 mahasiswa untuk tiga program studi,” tuturnya.
Editor: Ranto Rajagukguk